obrolan-obrolan ini pertama kali didengar di fesbuk...

23.1.09

Obama Oh Papa

“Ke mana aja?”
“Lembur. Banyak kerjaan, Bos”
“Yah, tapi kan ngopi tetap perlu”
“Betul juga…. Mpok, minta kopi hitam ya. Jangan salah lagi, Mpok. Hitam tuh maksudnya pahit, jadi nggak pake gula… Sstt, harus dibilangin begitu si Mpok ini. Kalo nggak dia selalu pikir kopi tanpa gula itu adalah kejahatan… Anyway, ngobrol apa kita hari ini? Masih mau tentang asal-usul krisis? Hahaha, bosen juga ya?”
“Iya… selang-seling lah. Orang pada ngomongin Obama tuh”
“Oh iya. Obama. Katanya pesta inaugurasinya hanya bisa dikalahkan oleh pesta pernikahan Lady Diana dan Pangeran Charles, ya? Saya gak sempat nonton”
“Bukannya kamu dapat undangan nonton di hotel bintang lima?”
“Oh itu, nonton bareng acara inaugurasi... lewat tivi? Dua-tiga juta perak? Gila apa? Mendingan saya nonton DVD di rumah: Dark Knight, 007, … Bajakannya udah bagus-bagus tuh, mau pinjem?…”
“Oke, oke. Balik ke Obama. Bagaimana pendapat kamu tentang dia?”
“Hm… mungkin rada gado-gado… Ada senangnya dia jadi presiden Amerika, ada juga kuatirnya…”
“Maksudnya?”
“Senangnya dulu, ya. Pertama, dia tidak begitu suka perang. Jadi ada harapan perangnya Bush segera diakhiri…”
“Tapi belum apa-apa dia sudah tidak berdaya dengan konflik di Gaza kemarin?”
“Iya juga sih. Tapi dia memang belum saatnya untuk mengambil posisi resmi – kan waktu itu dia belum dilantik? Jadi kita masih menunggu apa yang akan dia lakukan terhadap kebijakan AS sehubungan dengan konflik Israel-Palestina. Tapi saya gak ngerti banyak tentang politik. Kamu tanya orang ahli politik deh…”
“Oke”
“Kedua, dia didampingi oleh orang-orang yang bagus – mungkin lebih tepat kalau saya bilang ‘mudah-mudahan’ bagus. Paling tidak, tim ekonominya lumayanlah – saya gak tau banyak tentang bidang lain. Di situ, di ekonomi, ada Larry Summers, Christina Romer, dan Tim Geithner… Prestasi orang-orang ini di masa lalu cukup mengesankan…”
“Ah, saya gak peduli nama-nama itu… Gimana dampak terpilihnya Obama sebagai presiden AS terhadap Indonesia?”
“Oh iya, sori… Nah kalau begitu saya masuk ke yang bagian ‘kuatir’ – atau ‘agak kuatir’-nya deh. Karena ini berhubungan dengan Indonesia juga”
“Gitu dong”
“Pertama, Obama ini dari Partai Demokrat. Biasanya, partai ini dekat sekali hubungannya dengan serikat buruh. Karena itu kebanyakan kebijakannya bersifat proteksionis. Sewaktu Obama jadi senator di Illinois saja, banyak sikap politiknya yang menunjukkan hal itu. Misalnya, dia mem-veto rencana kerjasama perdagangan AS dengan Kolombia serta Korea Selatan. Dia setuju untuk menghukum Cina dengan tarif impor jika Cina tidak merevaluasi mata uangnya. Dia mendukung upaya-upaya perusahaan dalam negeri untuk menghalangi masuknya pesaing dari luar dengan senjata ‘anti-dumping’. Dia pro terhadap subsidi besar-besaran untuk produsen etanol berbasis jagung untuk energi alternatif… Dia…”
“Wow, wow, stop dulu. Saya bingung. Dari apa yang kamu barusan bilang, kalau saya orang Amerika, pasti saya sudah pilih dia juga. Bagus sekali, memproteksi pengusaha sendiri. Menghukum negara lain yang bisa menghasilkan barang lebih murah, serta mendahulukan perdagangan dalam negeri ketimbang berbisnis dengan negara lain. Bagus kan?”
“Memang kelihatannya bagus... bagi orang Amerika… Itupun dalam jangka pendek saja dan hanya untuk sebagian orang saja. Saya bisa coba ceritakan bahwa dalam jangka panjang, kebijakan-kebijakan seperti itu justru akan memukul perekonomian Amerika sendiri secara keseluruhan. Tapi lain kali aja yang itu, ya? Nah sekarang kita lihat dampak kebijakan yang kata kamu bagus itu untuk Indonesia”
"Oke"
“Kalau Obama cenderung memproteksi industri dalam negeri, kira-kira bagus tidak bagi kita?”
“Hm… pasti barang kita akan semakin susah masuk ke Amerika?”
“Betul. Bagi negara-negara yang ekspor utamanya ke AS, ada kemungkinan bakal cenderung kuatir akan kena tarif, atau tambahan tarif. Atau kuota yang lebih kecil. Atau proteksi non-tarif lainnya…”
“Misalnya?”
“Misalnya isu HAM. Ingat, Partai Demokrat concern sekali dengan isu hak asasi dan demokrasi. Sayangnya, seringkali 'hukuman' mereka terhadap negara yang mereka tuduh melanggar HAM – biasanya dengan definisi mereka sendiri – berdampak langsung dan negatif kepada perekonomian negara bersangkutan. Betul, isu HAM penting sekali. Tapi dia juga bisa digunakan sebagai senjata perdagangan. Ingat kasus pekerja anak di Bangladesh beberapa tahun lalu? Amerika menganggap itu pelanggaran HAM, lantas mereka mengembargo tekstil dari sana. Ternyata anak-anak eks-buruh pabrik tekstil itu bukannya balik ke sekolah, seperti yang Kongres Amerika harapkan, tapi banyak yang jadi pengemis, gelandangan, atau pelacur…”
“Oh, ya? … Terus bagaimana dengan subsidi etanol tadi? Kenapa kamu kuatir?”
“Ingat beberapa bulan lalu ketika harga barang-barang kebutuhan pokok melonjak luar biasa dan banyak negara terancam kelaparan? Nah salah satu penyebab utamanya adalah subsidi jagung untuk etanol itu… Tapi ini bakal panjang ceritanya… Nanti kapan-kapan kita bahas sendiri yang ini, ya? … Mpok, minta kopi lagi, dong”
“Oke… Mpok, saya minta es teh manis…”
“Sampai mana tadi?’
“Mana ya? Lupa. Gini aja… orang-orang kan pada happy Obama jadi presiden AS. Katanya, itu bagus buat Indonesia karena dia pernah tinggal di sini sewaktu kecil”
“Ah itu. Kita tuh romantis sekali, ya? Hanya karena Obama pernah di sini – berapa, empat tahun? – lantas kita pikir dia akan peduli sekali dengan Indonesia? Belum tentu”
“Kenapa?”
“Tentu saja dia akan lebih mementingkan konstituennya, negaranya sendiri. Saya kira, perhatian utama dia akan ke penyelesaian perang Irak dan penangangan isu Israel-Palestina. Belum lagi isu ekonomi domestik AS sendiri rada kacau balau saat ini. Terakhir, dia bisa jadi dalam posisi dilematis: dia mau dilihat sebagai pemimpin yang tegas. Amerika masih melanjutkan, dan ingin menyelesaikan 'war on terror' mereka. Kalau Obama terlihat terlalu lunak kepada Indonesia – yang dilihat dunia sebagai negara muslim terbesar – dia mungkin akan repot menghadapi Kongres”
“Jadi? Ya kita senang saja Obama terpilih… Tapi jangan berharap terlalu tinggi deh…”
“Jadi kamu lebih senang kalau yang menang McCain? Sori, pengen tahu aja”
“Hahaha, bisa aja kamu. Gini deh. Semua ada plus dan minusnya. Kalau Partai Demokrat yang menang, saya kuatir akses kita ke pasar AS menjadi terhambat – baik secara langsung atau tidak langsung, misalnya kita jual ke Cina, Cina jual ke AS: kalau Cina terhambat, kita ikut apes. Sebaliknya, kalau Partai Republik yang menang, mungkin kebijakan ekonominya cenderung lebih terbuka – walaupun Bush ini sudah merusak banyak sekali yang sudah lumayan. Tapi juga, kalau presidennya dari Republik, saya bakal bosen lihat tivi: sehari-hari urusannya perang aja. Terus kebijakan-kebijakan tidak jelas seperti menyadap email, internet, sensor kiri-kanan, dsb atas nama ‘war on terror’…”
“Kenapa begitu, ya?”
“Nggak tau tuh. Sstt… tapi ini gosip aja, ya. Katanya karena Partai Republik dekat dengan lobi senjata. Makin sering perang, makin banyak profit buat mereka”
“Hush…”


NB: Sebagian besar catatan ini ditulis di pesawat. Jadi mohon maaf, kalau ngawurnya lebih banyak

***